PENDAHULUAN
Langkah paling
utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program pelatihan
adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) atau Training Needs Assessment
(TNA). Analisis kebutuhan diklat memiliki kaitan erat dengan perencanaan
diklat. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan.
Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada
misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya
dimiliki oleh pegawai.
Pelatihan
dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja pegawai, proses dan
organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak pelatihan yang
diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan
sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi
yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui diklat kurang
dapat dilihat hasilnya.
Kegiatan AKD/TNA
diharapkan akan menghasilkan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan oleh
organisasi, sehingga dapat mewujudkan diklat yang tepat sasaran, tepat isi
kurikulum dan tepat strategi untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan Analisis
Kebutuhan Pelatihan, maka idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan
dalam bentuk kegiatan merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan. Hasil yang
diharapkan dari Analisis Kebutuhan Pelatihan akan memperjelas kaitan antara
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan peningkatan kinerja lembaga yang
merupakan akumulasi dari kinerja para pejabat di dalam suatu organisasi,
disebutkan demikian karena setiap pejabat yang dilengkapi dengan jenis-jenis
diklat yang dibutuhkan, selanjutnya akan dapat melaksanakan setiap rincian
tugas dalam jabatannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pelatihan (training) merupakan
proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau
sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja (Simamora:2006:273). Menurut
pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003. Menurut Mathis
(2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini
terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara
sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan
pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan
dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara
pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas
dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru
yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
Sedangkan
Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari
investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan
biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan,
diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan
keterampilan kerja. Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha
untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam
pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan
definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting
yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah
proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai
dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang
dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk
menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil
dalam pekerjaannya. Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses
mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu
usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan,
baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena
adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja,
strategi, dan lain sebagainya.
Pelatihan kerja adalah keseluruhan
kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan
kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat
ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
dan pekerjaan.
B.
Jenis-jenis
Pelatihan
Terdapat banyak
pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis
pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1.
Pelatihan Keahlian.
Pelatihan
keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai
dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau
kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan
efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian.
2.
Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang
(retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya
memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi
pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus
dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3.
Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan
lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan
pekerjan yang ditugaskan.
4.
Pelatihan Tim.
Pelatihan tim
merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan
pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5.
Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan
kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa
kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk
mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan
biaya dan kelaikan.
C. Manfaat
Pelatihan
Pelatihan
mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi.
Beberapa manfaat nyata yang ditangguk dari program pelatihan dan pengembangan
(Simamora:2006:278) adalah:
1. Meningkatkan
kuantitas dan kualitas produktivitas.
2.
Mengurangi waktu belajar yang diperlukan
karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
3.
Membentuk sikap, loyalitas, dan
kerjasama yang lebih menguntungkan.
4.
Memenuhi kebutuhan perencanaan
semberdaya manusia
5.
Mengurangi frekuensi dan biaya
kecelakaan kerja.
6.
Membantu karyawan dalam peningkatan dan
pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas
membantu baik individu maupun organisasi. Program pelatihan yang efektif adalah
bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap sebagai
penyembuh penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun
banyak manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Program pelatihan
tidak mengobati semua masalah organisasional, meskipun tentu saja program itu
berpotensi untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan
secara benar.
D. Teknik
dan Analisis Pelatihan
Program-program
pelatihan dan pengembangan dirancang untuk meningkatkan perestasi kerja,
mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua
kategori pokok program pelatihan dan pengembangan manajemen.
(Decenzo&Robbins:1999:230):
The most popular training and
development methods used by organization can be classified as either on-the-job
training. In the following pages, we will briefly introsce the better know
techniques of each category.
1. Metode praktis (on the job
training)
2. Teknik-teknik
presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off the job training)
Masing-masing
kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap konsep atau pengetahuan /
keterampilan utama yang berbeda. Dalam pemilihan teknik tertentu untuk
dugunakan pada program pelatihan dan pengembangan, ada beberapa trade
offs. Ini berarti tidak ada satu teknik yang selalu baik, metode
tergantung pada sejauh mana suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:
1. Efektivitas
biaya
2.
Isi program yang dikehendaki
3.
Kelayakan fasilitas-fasilitas
4.
Preferensi dan kemampuan peserta
5.
Preferensi dan kemampuan instruktur
atau pelatih
6.
Prinsip-prinsip belajar
Teknik-teknik on
the job merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan.
Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise langsung seorang
pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam teknik ini
yang bisa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2.
Latihan instruksi pekerjaan
3.
Magang (apprenticeships)
4.
Coaching
5.
Penugasan sementara
Teknik-teknik off
the job, dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima
representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk
menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik
presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap,
konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa digunakan
adalah:
1. Metode studi
kasus
2.
Kuliah
3.
Studi sendiri
4.
Program computer
5.
Komperensi
6.
Presentasi
Implementasi program pelatihan dan
pengembangan berfungsi sebagai proses transformasi. Pada tenaga kerja
(karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang
berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga dapat diberikan
tanggungjawab lebih besar.
Ada
dua kategori pokok program latihan manajemen:
1. Metode
praktis.
Teknik-teknik
“on the job trainning” merupakan metode latihan yang paling banyak
digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan yang baru dengan supervisi
langsung, seorang “pelatih” yang berpengalaman. Berbagai macam teknik ini yang
biasa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
a.
Rotasi jabatan merupakan latihan dengan memberikan kepada karyawan pengetahuan
tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam
ketrampilan manajerial.
b.
Latihan instruksi pekerjaan merupakan latihan dengan memberikan
petunjuk-petunjuk pekerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan
digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan
pekerjaan sekarang.
c.
Magang merupakan latihan dengan memberikan proses belajar dari seorang atau
beberapa orang yang telah berpengalaman.
Pendekatan itu dapat dikombinasikan dengan latihan “off job trainning”. Hampir semua karyawan pengrajin (care off), seperti tukang kayu dan ahli pipa atau tukang ledeng, dilatih dengan program-program magang formal. Aksestensi dan internship adalah bentuk lain program magang.
Pendekatan itu dapat dikombinasikan dengan latihan “off job trainning”. Hampir semua karyawan pengrajin (care off), seperti tukang kayu dan ahli pipa atau tukang ledeng, dilatih dengan program-program magang formal. Aksestensi dan internship adalah bentuk lain program magang.
d.
Pengarahan merupakan latihan dengan penyelia atau atasan memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan
penyelia dan karyawan sehingga bawahan serupa dengan hubungan kotor-mahasiswa.
e.
Penugasan sementara merupakan latihan dengan memberikan penempatan karyawan
pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu
yang ditetapkan.
2. Metode
simulasi
Dengan
metode ini karyawan peserta latihan representasi tiruan (artificial). Suatu
aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan
sebenarnya. Diantara metode-metode simulasi yang paling umum digunakan adalah
sebagai berikut:
a.
Metode Studi Kasus. Deskripsi tertulis suatu situasi pengambilan keputusan
nyata disediakan. Aspek organisasi terpilih diuraikan pada lembar
kasus.Karyawan yang terlibat dalam tipe latihan ini diminta untuk
mengidentifikasikan masalah-masalah, menganalisa situasi dan merumuskan
penyelesaian-penyelesaian alternatif. Dengan metode kasus, karyawan dapat
mengembangkan ketrampilan pengambilan keputusan.
b.
Permainan Rotasi Jabatan. Teknik ini merupakan suatu peralatan yang
memungkinkan para karyawan (peserta latihan) untuk memainkan berbagai peranan
yang berbeda. Peserta ditugaskan untuk individu tertentu yang digambarkan dalam
suatu periode dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda
perannya. Dalam hal ini tidak ada masalah yang mengatur pembicaraan dan
perilaku. Efektifitas metode ini sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk
memainkan peranan (sedapat mungkin sesuai dengan realitas) yang ditugaskan
kepadanya. Teknik role playing dapat mengubah sikap peserta seperti misal
menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual, dan mengembangkan
ketrampilan, ketrampilan antar pribadi (interpersonal skill).
c.
Permainan Bisnis. Bussiness (management) game adalah suatu simulasi pengambilan
keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan kehidupan bisnis nyata.
Permainan bisnis yang komplek biasanya dilakukan dengan bantuan komputer untuk
mengerjakan perhitungan-perhitungan yang diperlukan. Permaianan di sistem
dengan aturan-aturan tentunya yang diperoleh dari teori ekonomi atau dari study
operasi-operasi bisnis atau industri secara terperinci. Para peserta memainkan
“game” dengan memutuskan harga produk yang akan dipasarkan, berapa besar
anggaran penjualan, siapa yang akan ditarik dan sebagainya. Tujuannya adalah
untuk melatih parakaryawan (atau manajer) dalam pengambilan keputusan dan cara
mengelola operasi-operasi perusahaan.
d.
Ruang Pelatihan. Agar program latihan tidak mengganggu operasi-operasi normal,
organisasi menggunakan vestibule trainning. Bentuk latihan ini bukan
dilaksanakan oleh atasan (penyelia), tetapi oleh pelatih-pelatih khusus.
Area-area yang terpisah dibangun dengan berbagai jenis peralatan sama seperti
yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya.
e.
Latihan Laboratorium. Teknik ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang
terutama digunakan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
Salah satu bentuk latihan laboratorium yang terkenal adalah latihan
sensitivitas dimana peserta belajar menjadi lebih sensitif (peka) terhadap
perasaan orang lain dan lingkungan. Latihan ini berguna untuk mengembangkan
berbagai perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan diwaktu yang akan datang.
f.
Program-program pengembangan eksekutif. Program-program ini biasanya
diselenggarakan di Universitas atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Organisasi bisa mengirimkan para karyawannya untuk mengikuti paket-paket khusus
yang ditawarkan ; atau bekerjasama dengan suatu lembaga pendidikan untuk
menyelenggarakan secara khusus suatu bentuk penataran, pendidikan atau latihan
sesuai kebutuhan organisasi.
Analisis pelatihan
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni:
1. Task
Analysis
Analis
yang berfokus pada kebutuhan tugas yang
dibebankan pada satu posisi tertentu. Tugas dan tanggungjawab posisi ini
dianalisa untuk diketahui jenis ketrampilan apa yang dibutuhkan. Dari sini,
kemudian dapat ditentukan jenis training semacam apa yang diperlukan. Jadi
dalam analisa ini, yang menjadi fokus adalah tugas posisi, bukan orang yang
memegang posisi tersebut.
2. Person
Performance Analysis
Analis
yang berfokus pada kinerja orang yang
memegang posisi tertentu. Analisa ditujukan untuk mengetahui kekurangan
dan area pengembangan yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Dari sini, kemudian
dapat disusun jenis training apa saja yang diperlukan untuk orang tersebut.
BAB III
PENUTUP
Pelatihan lebih
terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan
dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang
bersangkutan saat ini (current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai
dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan
atau funsi saat ini.
Pelatihan
merupakan salah satu solusi terhadap sejumlah problem penurunan kualitas
kinerja organisasi atau lembaga dan instansi yang disebabkan oleh penurunan
kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan
bukanlah solusi utama yang dapat menyelesaikan semua persoalan organisasi,
lembaga atau sebuah instansi. Tetapi mengarah pada peningkatan kinerja para
karyawan atau tenaga kerja yang baik dan benar. Dan tujuan pelatihan adalah
untuk merubah sikap, perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pelatihan
merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana kalangan tenaga kerja dapat
memperoleh dan mempejari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan perilaku
spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan merupakan serangkaian
aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman,
ataupun perubahan sikap seseorang inidividu.
Dalam pelatihan
pengembangan terdapat tiga tahapan penting yang harus dilakukan oleh sebuah
organisasi atau instansi. Pertama tahapan penilaian. Kedua tahapan
pelatihan dan pengembangan. Ketiga tahapan evaluasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar